Kamis, 28 April 2016

Analisis Jurnal yang Berkaitan antara PIO dan Kesehatan Mental

ADITYA FADILAH R
RESTU MAULANA IRFAN
RIVANDANI RIVERIO
2PA08
KESEHATAN MENTAL
STRES KERJA DITINJAU DARI SHIFT KERJA PADA KARYAWAN
Hasil Analisis Jurnal :
Menurut Maurits & Widodo (2008), beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan shift kerja, yaitu:
1. Pergantian shift kerja sebaiknya dengan pola rotasi maju dengan waktu rotasi kurang dari 2 minggu dan dengan waktu libur rata-rata 2 hari/perminggu.
2. Lama shift kerja sebaiknya tidak lebih dari 8 jam, jika lebih dari jam tersebut beban kerja sebaiknya dikurangi.
3. Pada pekerja dengan shift malam dianjurkan ada waktu tidur siang sebelumnya dan bila melaksanakan pekerjaan dengan pertimbangan khusus sebaiknya dilaksanakan sebelum jam 4 pagi agar kesalahan dapat dikurangi.
4. Aspek demografis seperti jenis kelamin dan umur perlu diperhatikan dalam penyusunan shift kerja.
Stres adalah keadaaan yang bersifat internal, yang disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol (Morgan & King, dalam Umam, 2010). Stres juga dapat berarti respon dari diri seseorang terhadap tantangan fisik maupun mental yang datang dari dalam atau luar dirinya (Nasrudin,2010). Stres merupakan tanggapan seseorang terhadap perubahan dilingkungan yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancambaik secara fisik maupun mental.Setiap orang memiliki tingkatan toleransi tertentu pada tekanan di setiap waktunya, yaitu kemampuan untuk mengatasi atau tidak mengatasinya (Anoraga, 2009).
definisi diatas maka stres kerja didefinisikan sebagai suatu keadaan atau kondisi yang dirasakan karyawan dimana tuntutan pekerjaan melebihi kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat menimbulkan berbagai macam reaksi berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku.
Jurnal ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Yang tujuannya yaitu untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1983). Sesuai dengan tujuan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan stres kerja ditinjau dari shift pagi, siang dan malam.

Subjek penelitian :
1.      karyawan bagian produksi PT. UNISEM Muka Kuning, Batam yang berjumlah 300 orang.Peneliti mengambil sampel 50% dari jumlah populasi yaitu sekitar 150 orang
2.      usia 20 – 40 tahun, karena dianggap masih produktif untuk bekerja shift, baik pagi maupun malam
3.      lama bekerja minimal 2 tahun, karena karyawan yang bekerja selama 2 tahun sudah beradaptasi dengan baik pada pekerjaannya.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stres kerja. Stres kerja merupakan suatu kondisi yang dirasakan karyawan dimana tuntutan pekerjaan (stressor kerja) melebihi kemampuan yang dimiliknya sehingga dapat menimbulkan berbagai macam reaksi berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah shift kerja. Shift kerja merupakan penjadwalan jam kerja pada karyawan baik secara tetap maupun bergilir yang dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi.
Skala yang digunakan yaitu skala stres kerja yang di susun oleh Ika Febriani (2012),sejumlah 35 item.Skala ini disusun berdasarkan aspek- aspek stres kerja menurut Beehr & Newman (dalam Umam, 2010), seperti :
a. Gejala fisiologis, yang ditandai dengan meningkatnya detak jantung, menimbulkan sakit kepala, gangguan pada kulit, lelah secara fisik
b. Gejala psikologis yang ditandai dengan ketegangan, kecemasan, mudah marah, suka menunda-nunda, kebingungan
c. Gejala perilaku yang ditandai dengan perubahan produktifitas, gelisah, absensi, salah mengambil keputusan, gangguan tidur, kinerja rendah.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Penelitian di lakukan di PT. UNISEM Batam pada tanggal 20 Mei 2013 sampai dengan tanggal 21 mei 2013, pelaksanaan penelitian selama 2 hari. Penyebaran skala yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan sistem shift perusahaan. Setelah itu, peneliti melakukan proses perhitungan uji validitas dan reliabilitas skala stres kerja. Analisa validitas item skala gejala stres kerja setelah penelitian terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.Rangkuman Analisa Validitas dan Reliabilitas Skala Gejala Stres Kerja Setelah Penelitian
Aspek Indeks Validitas Alpha Cronbach
1. Gejala Fisiologis 0,390 - 0,612 0,813
2. Gejala Psikologis 0,344 0,575 0,832
3. Gejala Perilaku 0,319 0,624 0,816
Berdasarkan rangkuman validitas tersebut menunjukkan bahwa semua aspek valid yang terdiri dari 35 item valid. Dari hasil perhitungan reliabilitas terhadap item, di peroleh koefisien tiap faktor dimana semua item dalam skala gejala stres kerja adalah reliabel dan reliabilitas keseluruhan pada skala stres kerja yaitu 0,926. Hal ini menunjukkan bahwa alat ukur skala stres kerja reliabel karena alpha cronbach> 0,8 (Azwar,2004).Setelah data kasar di lapangan terkumpul. Peneliti mulai melakukan proses skoring yang kemudian akan di analisa dengan menggunakan program SPSS 12.00 untuk melakukan proses perhitungan uji validitas dan reliabilitas dan mengujiapakah ada perbedaan stres kerja antara shift pagi, shift siang dan shift malam.

Hasil Penelitian

Shift malam memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan shift pagi dan siang. Sedangkan stres terendah berada pada shift siang
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang bergerak di bidang penyedia perakitan semikonduktor yaitu merakit IC yang merupakan komponen elektronik.IC merupakan sebuah rangkaian berbentuk chip kecil. Oleh karena itu pembuatanya butuh ketelitian dengan menggunakan mikroskop (underscope) sehingga karyawan yang bekerja pada shift malam merasa lebih kesulitan, tegang dan takut terjadi kesalahan perakitan karena pekerjaan yang dilakukan membutuhkan ketelitian yang ekstra. Hal ini menjawab teori bahwa stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya. Stres juga dapat berarti respon dari diri seseorang terhadap tantangan fisik maupun mental yang datang dari dalam atau luar dirinya (Nasrudin,2010).

Kelemahan jurnal ini:
Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif, yang menjadikan 
Peneliti hanya berfokus pada penyebaran skala, dan tidak melakukan pengamatan secara langsung terhadap para pekerja tersebut

Ref
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1775/1863

Senin, 11 April 2016

KEPRIBADIAN YANG SEHAT ( CARL ROGERS)

Pendekatan Rogers terhadap Kepribadian
Tidak seperti Allpor yang datanya semata-mata diperoleh dari studi tentang orang-orang dewasa yang matang dan sehat. Rogers bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini (dia lebih suka menyebut mereka "klien-klien"). Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi (seperti dalam pendekatan Freud), karena itu disebut "Terapi yang berpusat pada klien-klien" (Client-Centerest-Therapy).

Menurut Rogers, manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training).

Teori Kepribadian Sehat
Memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers yang meliputi
1.      Perkembangan Kepribadian
2.      Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu
3.      Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhya

A.    Perkembangan kepribadian “self   
Inti dari teori- teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah- masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Rogers menerima istilah self dari pengalaman- pengalaman realita masing- masing individu. Dalam setiap bertambahnya umur ,anak bisa berubah sifat dan perilaku. Dan seorang ibu bisa memperhatikan perkembangan anak, dari waktu ke waktu dan seorang ibulah yang memelihara dan mendidiknya dan tidak di serahkan kepada baby sister

B.     Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu               Setiap manusia memiliki kebutuhan basic akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, cinta, kasih, dan sayang dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaituconditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). Pribadi yang berfungsi sepeuhnya adalah pribadi yang mengalami pengharagaan positif tak bersyarat. Mengapa? Karena ini penting, dihargai, diterima, disayangi, dicintai sebagai seseorang yang berarti tentu akan menerima dengan penuh kepercayaan.

C.    Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya
Menurut pendapat Rogers
Pertama, orang yang sehat secara psikologis akan lebih mudah beradaptasi.
Karena orang psikologis bisa melihat dan menilai sifat-sifat seeorang maka dari itu dia mudah beradaptasi. Kedua, manusia –manusia masa depan akan lebih terbuka atas pengalaman-pengalaman mereka, manusia masa depan akan lebih mendengar dirinya dan memperhatikan perasaan bahagia, marah,kecewa,ketakutan, dan kelembutan mereka. Ketiga, dari manusia masa depan adalah kecenderungan untuk hidup sepenuhnya pada masa sekarang. Merujuk kecenderungan untuk hidup pada masa sekarang sebagaikehidupan eksistensial. Manusia masa depan tidak mempunyai kebutuhan untuk menipu diri mereka sendiri ataupun alasan untuk mencoba membuat orang lain kagum. Keempat, manusia masa depan akan tetap percaya terhadap kemampuan diri mereka untuk merasakan hubungan yang hamonis dengan orang lain. Kelima, manusia masa depan akan lebih terintegrasi, lebih utuh, anpa batasan-batasan buatan antara proses kognitif yang dilakukan secara sadar   ataupun yang tidak. Keenam, manusia masa depan mempunyai kepercayaan pada kemanusiaan. Mereka tidak akan menyakiti orang lain hanya untuk kepentingan pribadi; peduli pada orang lain dan akan siap membantu apabila diperlukan; akan mengalami kemarahan, tetapi dapat dipercaya bahwa mereka tidak akan menyerang secara tidak asuk akal melawan orang lain; serta akan merasa agresi, tetapi akan mengalihkannya kea rah yang sepatutnya .

Terakhir, karena manusia masa depan terbuka dengan semua pengalaman, mereka akan lebih menikmati kekayaan hidup dri pada orang lain. Mereka tidak mendistori stimulus internal ataupun menahan emosi mereka .   

Disamping ulasan-ulasan yang umum ini, Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya :

1. Keterbukaan pada pengalaman
Seseorang yang tidak terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satupun yang harus dilawan karena tak satupun yang mengancam. Jadi, keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan luar disampaikan ke sistem saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan

2. Kehidupan eksistensial
Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respon atas pengalaman momen yang berikutnya.

3. Kepercayaan terhadap organisme Orang sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis “apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah belajar bahwa seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya daripada pikiran saya?”.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan mereka, seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang yang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang membimbing tingkah lakunya.
4. Perasaan bebas
Sifat kepribadian yang sehat ini terkandung dalam pembicaraan kita diatas, Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.
Orang yang defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat memutuskan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5. Kreatifitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Orang yang kreatif kerpakali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan merka dan memungkinkan mereka mengmbangkan diri mereka sampai ke tingkat paling penuh.
Orang yang defensif, yang kurang merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak pengalaman, dan yang hidup dalam garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak spontan.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah.
Ref:
Schultz. Duanae, Psikologi Pertumbuhan (Terjemahan), PT Kanisius, Yogyakarta
http://dedeh89-psikologi.blogspot.co.id/2013/04/teori-kepribadian-sehat.html


KEPRIBADIAN YANG SEHAT (ERICK FROMM)



     Fromm memberikan suatu gambaran yang jelas tentang kepribadian yang sehat. Orang yang demikian mencintai sepenuhnya, kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan identitas yang kuat, berhubungan dengan dan berakar didunia, subjek atau pelaku dari diri dan nasib, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang. Akan tetapi ada salah satu pengertian dimana kepribadian sehat dan produktif benar-benar menghasilkan sesuatu dan merupakan hasil yang sangat penting dari individu, yakni diri. Orang-orang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua potensi mereka, dengan menjadi semua menurut kesanggupan mereka dan memenuhi semua kapasitas mereka.



PENDEKATAN FROMM TERHADAP KEPRIBADIAN

From melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus didefinisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyeuaiakan diri dengan kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Karena itu kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha individu jika dibandingkan dengan usaha masyarakat. Faktor kunci ialah bagaimana usaha masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.

Suatu masyarakat yang tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan, ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya, dan merintangi pertumbuhan penuh dari setiap individu. Masyarakat yang sehat membiarkan anggota-anggotanya mengenmbangkan cinta satu sama lain, menjadi produktif dan kreatif, mempertajam dan memperhalus tenaga pikiran dan objektivitasnya dan mempermudah timbulnya individu-individu yang berfungsi sepenuhnya


DORONGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT

Sebagai organisme yang hidup, kita didorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan kelaparan, kehausan, dan seks yang mendorong semua binatang. Selain kita lebih fleksibel dalam memuaskan kebutuhan-kebutuhan ini, kebutuhan-kebutuhan tersebut juga tidak berbeda antara diri kita dengan binatang yang lebih rendah dan tidak begitu penting dalam mempengaruhi kepribadian manusia.

Apa yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan kebutuhan psikologis yang tidak dimiliki oleh binatang, Fromm mengemukakan 5 kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan, yaitu :

1. Hubungan
Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain sangat penting untuk kesehatan psikologis. Tingkah laku yang irrasional, bahkan penyakit jiwa, merupakan akibat yang tidak dapat dielakkan karena kegagalan dalam memuaskan kebutuhan ini.

2. Transendensi
Erat berhubungan dengan kebutuhan akan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta.

3. Berakal
Hakikat dari kondisi manusia seperti kesepian dan tidak berarti hal ini timbul dari pemutusan ikatan-ikatan utama dengan alam. Tanpa akar-akar ini orang tak akan berdaya, jelas merupakan kondisi yang amat berat. 
Cara yang ideal ialah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas denagn orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan akan berakar, untuk yang mengkoneksikan dan berhubungan dengan dunia luar.

4. Perasaan Identitas
Manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasaanya tentang dia, siapa dan apa. 
Cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan ini ialah individualitas, proses seseorang menciptakan suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Orang-orang yang mengalami individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain

5. Kerangka Orientasi
Bersambung dengan pencarian suatu perasaan diri yang unik ialah suatu pencarian frame of reference atau konteks dengan mana seseorang menginterprestasikan semua gejala dunia. Setiap individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten tentang dunia yang memberikan kesempatanuntuk memahami semua peristiwa dan pengalaman. Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realitas dan objektif tentang dunia. Terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia secara objektif, untuk menggambarkan dunia denagn tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjetif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan didalam diri.

Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian yang sehat adalah milik dari setiap individu, dan pada dasarnya manusia dilahirkan dalam kondisi yang bahagia didalam keadaan menyakitkan sekalipun. Pribadi yang sehat terdapat di setiap insan manusia yang mau menerima kekurangan dan kelebihan dengan penuh bahagia serta menyadari arti kehidupan dengan penuh kebijaksanaan. Maka dari itulah kepribadian yang sehat itu muncul.

Ref : 
Schultz. Duanae, Psikologi Pertumbuhan (Terjemahan), PT Kanisius, Yogyakarta

Minggu, 03 April 2016

KEPRIBADIAN YANG SEHAT (ABRAHAM MASLOW)

ABRAHAM MASLOW

Seagaimana yang kita ketahui Maslow sangat terkenal dengan teori kebutuhan, yang mana ada 5 teori piramida kebutuhan tersebut, 


Abraham Harold Maslow lahir April 1, 1908 di Brooklyn, New York. Dia adalah yang pertama dari tujuh anak yang lahir dari orang tuanya, yang sendiri adalah imigran Yahudi tidak berpendidikan dari Rusia. Orang tuanya, berharap untuk yang terbaik bagi anak-anak mereka di dunia baru, mendorongnya keras untuk keberhasilan akademis. Tidak mengherankan, ia menjadi sangat kesepian sebagai anak laki-laki, dan menemukan perlindungan di buku. 


Untuk memenuhi orang tuanya, ia pertama kali belajar hukum di City College of New York (CCNY). Setelah tiga semester, ia dipindahkan ke Cornell, dan kemudian kembali ke CCNY. Ia menikah Bertha Goodman, sepupu pertamanya, melawan orang tuanya keinginan. Abe dan Bertha melanjutkan untuk memiliki dua anak perempuan. 

Dia dan Bertha pindah ke Wisconsin sehingga ia bisa belajar di University of Wisconsin. Di sini, ia menjadi tertarik pada psikologi, dan tugas sekolah mulai membaik secara dramatis. Dia menghabiskan waktu di sana bekerja dengan Harry Harlow, yang terkenal dengan eksperimen dengan monyet rhesus bayi dan perilaku lampiran. 

Dia menerima gelar BA pada tahun 1930, MA pada tahun 1931, dan gelar PhD pada tahun 1934, semua dalam psikologi, semua dari University of Wisconsin. Setahun setelah lulus, ia kembali ke New York untuk bekerja dengan E. L. Thorndike di Columbia, di mana Maslow menjadi tertarik dalam penelitian tentang seksualitas manusia. 

Ia mulai mengajar penuh waktu di Brooklyn College. Selama periode ini dari hidupnya, ia datang ke dalam kontak dengan banyak cendekiawan Eropa yang berimigrasi ke Amerika Serikat, dan Brooklyn pada khususnya, pada saat itu - orang-orang seperti Adler, Fromm, Horney, serta beberapa Gestalt dan Freudian psikolog. 

Maslow menjabat sebagai ketua departemen psikologi di Brandeis dari 1951 hingga 1969. Sementara di sana ia bertemu Kurt Goldstein, yang berasal ide aktualisasi diri dalam bukunya yang terkenal, The Organism (1934). Itu juga di sini bahwa ia mulai perang salib untuk psikologi humanistik - sesuatu yang pada akhirnya jauh lebih penting baginya daripada teori sendiri. 

Dia menghabiskan tahun terakhirnya di semi-pensiun di California, sampai, pada tanggal 8 Juni 1970, ia meninggal karena serangan jantung setelah bertahun-tahun sakit.

Teori Maslow



Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks, tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya. Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau, temperatur ataupun tekstur makanan.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan cukup dalam aktivitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar, dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar lagi dan akan terus menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi tidak terus menerus muncul. Sebagai contoh, seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan mereka untuk dicintai dan dihargai akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.

Kebutuhan Akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitasketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perangterorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang lain.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berelebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.

Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki-dimiliki. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan besar bahwa dirinya akan diterima orang-orang yang memang penting bagi dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Sering kali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia akan hanyut ke dalam gelombang permusuhan dan kebencian.
Kebutuhan Akan Penghargaan
Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan. Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. 
Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan statusketenarankemuliaanpengakuan, perhatian, reputasiapresiasimartabat, bahkan dominasiKebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan Maslow.
Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi.Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandeis memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai aktualisasi diri


Sifat-sifat Pengaktualisasian Diri
  1. Mengamati Realitas Secara Efisien
  2. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
  3. Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran.
  4. Fokus pada masalah-masalah diluar diri mereka
  5. Kebutuhan akan privasi dan independensi
  6. Berfungsi secara otonom
  7. Apresiasi yang senantiasa segar
  8. Pengalaman-pengalaman mistik atau puncak
  9. Minat sosial
  10. Hubungan Antarpribadi
  11. Struktur watak demokratis
  12. Perbedaan antara sarana dan tujuan
  13. Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan
  14. Kreativitas
  15. Resistensi terhadap Inkulturasi
dari hal diatas jelas, bahwa kepribadian yang sehat menurut maslow adalah Orang yang mengaktualisasi-kan diri, yang terdapat di puncak / ke-5 dari piramida kebutuhan tersebut, yang untuk mendapatkannya harus dimulai dari fase paling bawah.

Ref:
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_hierarki_kebutuhan_Maslow
http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html (Copyright 1998, 2006 by C. George Boeree)
Schultz. Duanae, Psikologi Pertumbuhan (Terjemahan), PT Kanisius, Yogyakarta