BAB VIII
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang di anut oleh suatu
masyarakat yang di pilih secara selektif oleh para individu dan golongan dalam
masyarakat. Setiap manusia memiliki keinginan baik maupun buruk. Sikap hidup
adalah perasaan hati dalam menghadapi hidup,sikap tersebut bisa
positif,negatif,apatis atau sikap optimis maupun pesimis tergantung kepada
pribadi dan lingkungannya.
Manusia adalah bagian dari pandangan hidup.
Dalam kehidupan tidak ada seorang pun manusia yang tidak memiliki pandangan
hidup. Apapun yang di katakan manusia adalah sebuah pandangan hidup karena
dapat dipengaruhi oleh pola pikir tertentu pada setiap individu. Pandangan
hidup bersifat elastis, tergantung kepada situasi dan kondisi dan dapat
dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia tsb berada.
Sumber pandangan hidup berasal dari agama,
ideologi maupun hasil perenungan seseorang yang bersifat relatif. Setiap
individu memiliki pandangan hidup dan cita-citanya sendiri dan selalu bermimpi
untuk mencapai apa yang dia inginkan sesuai dengan cita-citanya.Tidak sedikit
manusia yang mimpinya menjadi kenyataan. Bermula dari mimpi akan menjadikan
kita semangat untuk mengejar mimpi tersebut.
Pandangan hidup
yang diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1.
Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu
pandangan yang mutlak kebenarannya
2.
Pandangan hidup yang berupa idiologi yang
disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara
tersebut
3.
Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan
hidup yang relatif kebenarannya
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai
unsur-unsur yaitu :
·
Cita-cita
·
Kebajikan
·
Usaha
·
Keyakinan / kepercayaan
Langkah-langkah Berpandangan Hidup yang Baik
Setiap
manusia pasti mempunyai pandangan hidup apapun dan bagaimanapun itu untuk dapat
mencapai dan berhasil dalam kehidupan yang diinginkannya. Tetapi apapun itu,
yang terpenting adalah memiliki pandangan hidup yang baik agar dapat mencapai
tujuan dan cita-cita dengan baik pula. Adapun langkah-langkah berpandangan
hidup yang baik yakni:
·
Mengenal
Mengenal
merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap
aktivitas hidupnya yang dalam jal ini mengenal apa itu pandangan hidup.
Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai
pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak
manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu belum turun ke
dunia.
·
Mengerti
Tahap
kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini
dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bemegara
kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila
kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan
bemegara. Begitu juga bagi yang berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya
kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya
itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
·
Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti
pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati
pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai
kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan
menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan
mernperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang
berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih
tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai
pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan
memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
·
Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan
validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan
maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini
pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal
untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan
hidupnya.
·
Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang
penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan
diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka
kita akan merasakan manfaatnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat
dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di
masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.
Ada 3 hal
faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap manusia, yaitu :
1. Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu
seseorang masih dalam kandungan.
2. Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam
lingkungan yang baik maupun tidak baik.
3. Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia
mulai hidup dan hingga sampai dewasa.
Pada dasarnya meskipun pandangan hidup manusia
berbeda-beda namun kita di tuntut untuk dapat membawa kebaikan dalam
berpandangan tentang hidup. Selalu berfikir positif adalah hal yang akan
membawa kita ini hidup penuh dengan kebaikan dan akan membawa kita kepada
pribadi yang tangguh, pribadi yang dapat menyesuaikan diri dimanapun kita
berada, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di lingkungan
tempat kita tinggal
2. Makna Cita Cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang
disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam
pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau
diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan
semacam garis linier yang makin lama makin tinggi, cita-cita merupakan
keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum
mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Disini persyratan
dan kemampuan tidak/belum dipenuhi sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita
tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita ingin menjadi
dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya
kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita
dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu.
Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal ini tergantung dari
tiga faktor ;
1. Manusianya, yaitu yang memiliki cita-cita
2. Kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan
3. Seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai
Faktor manusia yang mau mencapai
cta-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada yang tidak berkemauan,
sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian
banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit
mencapai apa yang akan dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampunnya
sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa
yang di cita-citakan. Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh
suatu perjuangan hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita
merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya
puas.
Faktor Kondisi yang mempengaruhi
tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang
menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar
tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi
yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
Faktor tingginya cita-cita yang merupakan
faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar seseorang
menggantungkan cita-citanya setinggi
bintang dilangit. Tetapi bagaimana faktor manusianya, mampukah
yang bersangkutan mencapainya, demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal
itu. Apakah dapat merupakan pendorong atau penghalang cita-cita. Sementara ada
anjuran, agar seseorang menemukan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan
kemampuannya. Pepatah mengatakan "bayang-bayang setinggi badan"
artinya mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang
terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang
diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilalui.
Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan
bangsapun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan
atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia mendirikan suatu negara
yang merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki
keadilan dan kemakmuran.
3. Makna Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan moral, perbuatan yang sesuai
dengan norma-norma agama, dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut
kodratnya manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya
manusia cenderung berbuat baik.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang
terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur terpisah bila manusia meninggal.
Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri
sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan makhluk sosial : manusia
hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling
membenci, saling merugikan dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan
Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan
jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air,
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi
yaitu ;
∗ Manusia sebagai makhluk pribadi
∗ Manusia sebagai anggota masyarakat
∗ Manusia sebagai makhluk Tuhan
Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat
menentukan sendiri apa yang yang baik dan apa yang yang buruk. Baik buruk itu
ditentukan oleh suara hati adalah semacam bisikan didalam hati yang mendesak
seseorang, untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan,
tindakan atau tingkah laku. Jadi sura hati dapat merupakan hakim untuk diri
sendiri. Sebab itu, nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup
manusia. Misalnya orang tahu bahwa membunuh itu buruk, jahat, suara hatinya
mengatakan demikian, namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara
hatinya.
Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu
ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karana itu,
kalau seseorang untuk berbuat sesuatu sesuai sdengan bisikan suara hatinya,
maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Karena merupakan anggota
masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan suara masyarakat.Setiap
masyarakat adalah kumpulan pribadi- pribadi, sehingga setiap suara masyarakat
pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat
itu. Sebagaimana sura hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginan yang baik,
maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya
juga menginginkan yang baik.
Sesuatu yang baik bagi masyarakat, berarti
baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang
baik bagi kepentingan umum/ masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau
segelintir orang didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian seseorang harus
tunduk kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.
Sebagai makhluk Tuhan, manusiapun harus
mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikan agar manusia
berbuat baik dan menghilangkan perbuatan yang tidak baik. Jadi untuk mengukur
perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan.
Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang
selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan.
Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertinkah laku baik,
ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya.
Baik buruk, kebajikan dan ketidak bajikan
menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman. Banyak hasil seni lahir dari
imajinasi kebajikan dan ketidak bajikan.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung
kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang
munafik, yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.Kebajikan nyata dapat
dirasakan dalam tingkah lakunya, karena tingkah laku bersumber pada pandangan
hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri sehingga tingkah
laku setiap orang berbeda beda.
4. Makna Sikap Hidup
Sikap hidup adalah
keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa positif, bisa negatif,
apatis atau sikap optimis atau persimis, bergabung pada pribadi orang itu dan
juga lingkungannya.
Sikap itu penting, setiap
orang mempunyai sikap dan sudah tentu
tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan
yang membentuknya. Pembentukan sikap ini terjadi melalui pendidikan. Seperti
halnya orang militer yang bersikap tegas, berdisiplin tinggi, sikap kesatria,
karena dalam kemiliteran ia dididik kearah sikap itu. Sikap dapat juga berubah
karena situasi, kondisi, dan lingkungan.
Dalam menghadapi
kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi
kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap etis ini disebut
juga sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, dikap halus, sikap berani,
sikap arif, sikap rendah hati dan sikap bangga.
Sikap nonetis atau
negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh,
sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan dari diri pribadi, karena sangat merugikan
baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
Dalam berbagai
perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap manusia, ada semacam kesepakatan
bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari proses sosialisasi dimana
seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap objek tertentu pada dasarnya
merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap objek yang bersangkutan
dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial serta kesediaan untuk bereaksi
terhadap objek tersebut
Dalam kurun waktu
setengah abad terakhir inipengkajian terhadap sikap manusia, khususnya yang
dilakukan oleh disiplin spikologi sosial, ada yang mengatakan sikap berpangkal
pada pembawaan atau kepribadian, ada yang menempatkan sikap sebagai motif atau
sesuatu kontruk yang mendasari tingkah laku seseorang, dan ada pula yang
mengidentikkan sikap sengan keyakinan, kebiasaan, pendapat atau konsep-konsep
yang dikembangkan oleh seseorang. Bahwa mengidentifikasi sikap tidak dapat
dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai
tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap
menunjukkan konotasi ada kesesuaian reaksi terhadap katagori stimulus tertentu,
sementara dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsang
sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
Menurut T. M. Newcomb,
sikap manusia bukanlah suatu kontruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling
tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan yang lain, seperti
dorongan, motivasi, nilai-nilai sikap. Dorongan adalah keadaan organisme yang
menginisiasikan kecendrungan kearah aktivitas umum. Motivasi adalah kesiapan
yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku dan bermotivasi.
Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivikasi,
sedangkan nilai-nilai adalah sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap
berbagai pola sikap dapat.
Menurut Van Peursen dalam
bukunya strategi kebudayaan mengenai aktualisasi sikap manusia dari zaman ke
zaman dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode
peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga pagiode itu
adalah:
a. Tahap
mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau
kekuasaan kesuburan
b. Tahap
antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan, ia menyusun
suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu (antologi) dan
mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu)
c. Tahap
fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia
modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap mitis), ia tidak
lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap
antologis).
Sementara itu Franz
Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang terjadi kendala bagi manusia dalam
upaya memenuhi ataupun mempertahankan sikap hidup, kedua bahaya yang dimaksud
adalah nafsu dan pamrih.
Nafsu adalah
perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan
sekaligus membelenggunya secara buta secara lahir. Nafsumemperlemah manusia
karena pemborosan kekuatan-kekuatan batin tanpa guna. Seseorang yang dikuasai
nafsu, boleh jadi tidak lagimenuruti akal budinya, tidak bisa lagi
mengembangkan segi-segi halusnya, semakin mengancam lingkungannya, menimbulkan
konflik dan ketegangan-ketegangan dalam masyarakat dan pada instansi terakhir,
membahayakan ketentraman
Pamrih dan egoisme juga
menjadi musuh manusia. Ini bias dimengerti mengingat seseorang yang bertindak
lantaran pamrih semata-mata biasanya cendrung mengusahakan kepentingannya
sendiri tanpa memperdulikan kepentingan masyarakat. Dilihat dari kacamata
sosial pun pamrih itu selalu mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian
terhadap keselarasan sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia
dari dalam, karena sikap yang mengajar
pamrih biasanya akan memutlakkan kekuatannya sendiri. Dengan demikian itu ia
mengisolasikan dirinya sendiri dan memotong diri dari sumber kekuatan batin yang tidak terletak dalam
individualitasnya, melainkan dalam dasar yang mempersatukan semua kekuata pada
dasar jiwa mereka.
Menurut Soetrisno dalam
bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin Falsafah Hidup Orang
Jawa, ia melihat adanya tiga, yaitu:
a. Selalu ingin menang
sendiri
b. Selalu ingin benar
sendiri
c. Hanya mementingkan
kebutuhannya sendiri
Selain yang tertera
diatas ada juga sikap lain yang dianggap kurang baik, yaitu kebiasaan untuk
menarik keuntungan sendiri dari setiap situasi tanpa memperhatikan masyarakat
kecendrungan untuk memperoleh hak yang lebih dibanding orang lain dengan alasan
juga yang diberikannya.
5. Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup
Akal dan budi sebagai
milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab
akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk
lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut adalah pandangan hidup. Disatu
pihak manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Pandangan hidup berupa
suatu penggaris yang mungkin dapat dinyatakan dengan kata-kata sebagai rumusan
juga dapat dikatakan rumusan:
a. Orang
yang sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.
b. Juga karena
ia sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat berbuat/ bertindak yang melanggar
prinsip-prinsip yang dikatakan.
c. Dan
khawatir kalau ada kritik besar dan penyelewengan pandangan hidup dari
anak-anak atau orang yang di bimbing.
Menurut Drijarko S. J.
Mengatakan bahwa manusia itu serba terhubung dengan dunia jasmani sekitarnya,
terhubung erat dengan masyarakat dan akhirnya manusia itu tergantung seluruhnya
pada yang ada, yang mutlak, yaitu Tuhan.
Pandangan hidup adalah
Filsafat hidup. Sesuai dengan arti filsafat yaitu cinta akan kebenaran tentulah
bentuk kebenaran yang akan dicapai kebenaran yang dapat diterima oleh siapa
saja.
Kesadaran akan kelemahan
dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini
manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai
dirinya, baik yang fisik maupun yang non fisik, seperti penyakit, bencana alam,
kegelisahan, ketakutan.
Banyak orang yang
pandangan hidupnya didasari pandangan-pandangan hidup untuk mengumpulkan harta
sebanyak-banyaknya; pada waktu mudanya, tetapi disaat-saat mendekati
kematiannya mulai berbuat seperti orang-orang yang hidup beragama.
Jadi pandangan hidup
merupakan keseluruhan garis dan kecendrungan jalan-jalan dan nilai-nilai yang
akan dicapaiuntuk landasan semua dimensi kehidupan. Dengan demikian bahwa
pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya manusia
tidak memahami dan menyadarinya, sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu
agama semata-mata atau sadar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama
hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya, atau sering dikenal dengan
agama KTP. Padahal urusan agama adalah urusan akal, seperti dikatakan oleh Nabi
Muhammad SAW: “Agama adalah akl, tidak
ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal”.
Maksud Nabi Muhammad SAW
tersebut adalah agar manusia dalam memilih suatu agama benar-benar berdasarkan
pertimbangan akalnya, dan bukan semata-mata karena asas keturunan. Hal ini di
tegaskan dalam firman Allah SWT, surat Al-Baqarah ayat 236 yang artinya: “Tidak ada paksan untuk memasuki suatu agama,
sesungguhnya telah jelas antara jalan (agama) yang benar dan jalan (agama) yang
salah”.
Dalam firman Allah SWT
itu tersirat bahwa betapa Dia menghargai akal manusia. Dia hanya menawarkan
atau mendorongkan ini yang baik dan ini yang buruk. Akhir keputusan terserah
kepada manusia, sebab manusia mempunyai akal. Dan Allah SWT telah berfirman
dalam surat Ali Imran ayat 19 yang artinya: ”Agama yang benar bagi Allah itu hanyalah Islam”. Namun agama apa
yang akan dipilih oleh manusia sebagai sandaran hidupnya, diserahkan hidupnya
kepada manusia itu sendiri.
Pandangan hidup ternyata
sangat penting, baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan
sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup
harus betul-betul berdasarkan pilihan akal, bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Pandangan hidup berbeda
dengan cita-cita. Cita-cita misalnya:
Ingin punya istri cantik, terpelajar tapi setia
Ingin punya suami tinggi, tampan (simpatik), pilot dan setia
Ingin jadi insinyur, doktor, atau pilot
Ingit hidup selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun
Sedangkan pandangan
hidup:
Hidup bahagia, sejahtera
Hidup sejahtera, penuh kebahagiaan dan cinta kasih
Hidup panjang umur untuk sanad kerabat dan dirinya serta bahagia, penuh
cinta kasih
Sumber: